
Menjelang Lebaran pedagang pakaian khsusnya busana muslim terus kebanjiran order. Raihan omzet pun kian meroket. Bahkan Lydia Nurjanah, pemilik Butik Khamisa menyiapkan stok empat sebelumnya
Tampaknya fenomena belanja baju Lebaran tak hanya menimpa anak-anak saja. Orang dewasa pun juga ingin tampil menarik saat hari raya tiba. Tak heran pusat-pusat perbelanjaan akan semakin ramai dikunjungi. Biasanya busana muslim menjadi pilihan utama bagi mereka. Tak ayal pedagang pakaian muslim pun kerap kebanjiran pembeli. Momentum Lebaran sepertinya dimanfaatkan dengan sangat baik oleh sejumlah pedagang pakaian tersebut.
Salah satunya Lydia Nurjanah yang membuka butik pakaian muslim bernama Butik Khamisa di salah satu mal terkemuka di Jakarta Pusat. Menurut Lydia meski ia bukan pedagang musiman ia tetap menikmati manisnya keuntungan penjualan busana muslim menjelang Lebaran. “Kalau menjelang Lebaran keuntungannya bisa dua sampai tiga kali lipat dari biasanya”, kata Lydia. Ini terbukti dengan raihan omzet yang ia peroleh saat momentum Lebaran yakni sekitar Rp60 juta sampai Rp90 juta per bulan. Bila dibandingkan dengan bulan-bulan biasa ia hanya menikmati omzet sepertiganya saja yakni Rp30 juta per bulan.
Memang, menjelang Lebaran selalu ramai dijumpai pedagang-pedangang musiman yang kerap mengambil untung lantaran ramainya pembeli. Namun sedikit sekali bisnis mereka yang kemudian berlanjut. Artinya begitu Lebaran usai usaha mereka pun juga terhenti. Tidak demikian dengan Lydia. Ia menjajakan produk yang sangat laris disaat menjelang Lebaran namun usaha busana muslimnya tetap berjalan seperti biasanya begitu Lebaran berakhir. “Memang pasca Lebaran pembeli lumayan berkurang tapi usaha tetap ada tidak berhenti sama sekali”, selanya.
Ia memulai berdagang pakaian muslim tiga tahun silam sebagai ancang-ancang jika ia dipaksa pensiun dini. Awalnya ia hanya menjajakan lewat media internet. Namun sepertinya pembeli lokal belum terbiasa bertransaksi lewat dunia maya. Kian tingginya permintaan pelanggan yang ingin melihat langsung busana muslim buatannya, Lydia pun tertarik membuka toko offline. “Mulanya hanya online tapi banyak yang tanya dimana sih toko offline-nya. Ya saya maklum pembeli Indonesia memang belum bisa online shoping takut ketipu begitu komentarnya”, cerita Lydia. Kini dari berjualan online dan offlineLydia mesti memasok busana muslim cukup banyak lantaran permintaannya cukup tinggi.
Jika di luar momentum Lebaran saja ia kerap kebanjiran order maka saat menjelang Lebaran Lydia benar-benar mengerahkan seluruh tenaga demi mencukupi kebutuhan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi tadi Lydia menyiasati dengan memproduksi busana muslimnya jauh hari sekitar empat bulan ke belakang sebelum puasa sebagai stok. Pasalnya dua bulan sebelum puasa ia sudah harus meluncurkan semua model busana muslim yang ia desain sendiri. “Dua bulan sebelum puasa adalah masa-masa dimana penjualan saya meningkat tajam makanya saya sudah stok banyak sebelumnya”, terang Lydia yang memulai bisnis busana muslimnya dengan modal Rp15 juta.
Jika di luar masa Lebaran penjualan busana muslim miliknya hanya sekitar 500 sampai 600 pisis per bulannya, maka menjelang Lebaran ia mampu menjajakan lebih banyak lagi yakni lebih dari 1000 pisis pakaian muslim. “Yang laku terjual saat menjelang Lebaran bisa tiga kali lipat. 1000 pisis itu bisa dikatakan ukuran minimalnya. Saya bisa menjual lebih banyak lagi dari itu”, papar Lydia.
Demikian tinggi permintaan pasar akan produk-produk kebutuhan Lebaran itulah yang menyebabkan banyaknya pedagang musiman. Namun Lydia tidak gentar dengan maraknya pedagang musiman yang bermunculan. Ia justru kebanjiran pesanan dari reseller-nya. “Justru reseller saya itulah yang menjadi pedagang musiman. Mereka yang menjual kembali baju-baju muslim buatan saya”, ujar Lydia sambil tersenyum.
Untuk model pakaian, Lydia tidak ambil pusing lantaran perubahan mode pakaian muslim tidak begitu mencolok. Karena itulah ia tidak begitu banyak merubah model busana muslimnya dari tahun ke tahun. “Kalau persoalan model sepertinya baju muslim tidak banyak berubah. Paling hanya motif atau bordirannya saja yang banyak berubah”, imbuh calon ibu muda ini. Memang untuk pasar busana muslim tren tidak menjadi hal yang utama, karenanya varian model busana muslim tidak terlalu banyak. Biasanya produsen hanya akan mengubah dari komposisi warna dan motif serta bordiran atau penambahan rumbai-rumbai yang tengah digandrungi saat ini.
Lebih lanjut Lydia mengatakan, tiap tahunnya model baju muslim hampir sama bahkan pembeli sepertinya tidak peduli dengan perubahan yang terjadi. “Selama mereka suka dengan modelnya atau warnanya pasti dibeli. Tidak peduli baju bersangkutan tren tahun ini atau bukan”, tambah Lydia.
Lydia sengaja membuat busana muslim khusus untuk wanita yang ia nilai pangsa pasarnya lebih luas ketimbang busana untuk pria atau anak-anak. “Biasanya yang doyan belanja kan perempuan dan sekali belanja tidak mungkin satu atau dua baju. Apalagi busana muslim juga tidak mesti dipakai acara keagamaan saja. Karena modelnya yang formil maka baju muslim bisa dipakai kerja atau acara pernikahan sekali pun”, papar Lydia.
Karena menyasar pasar level menengah Lydia juga tidak membanderol harga baju terlalu mahal. Busana muslim model blus dan gamis ia jual dengan harga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu untuk pembelian retail. Sementara untuk pembelian grosir Lydia menjual dengan harga Rp40 ribu sampai Rp80 ribu. “Khusus untuk pembelian grosir saya akan memberi diskon langsung per pisisnya. Mulai dari Rp10 ribu sampai Rp25 ribu”, ujar Lydia sambil berpromosi.
Meski kini ia serius menggarap toko busana muslimnya, Lydia tidak serta merta meninggalkan bisnis online-nya. Ia tetap menerima pesanan lewat online yang justru banyak berdatangan dari luar Indonesia. Menurutnya lewat onlineia bisa memperkenalkan produknya hingga mancanegara. Sebut saja pelanggan Lydia dari Singapura, Malaysia, Amerika Serikat bahkan Irlandia sudah kerap memesan busana muslimnya. “Jika pemasaran hanya lewat toko offlinesaja maka area jangkaunya hanya sebatas wilayah Jakarta. Namun jika lewat dunia maya bisa seluruh Indonesia bahkan dunia”, begitu ucapnya. Maka pelanggan Lydia dari sejumlah kota-kota besar di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Papua ikut menikmati modisnya busana muslim buatannya.