Tetap fokus berjalan di jalurnya dengan tambahan kreativitas serta inovasi membawa pengusaha ritel pakaian berlabel Just For Kids ini mampu meraih kesuksesan. Kendati sempat dianggap ‘anak baru’ sebagai salah satu penyebab kebangkrutan nyatanya kini Deddy Satriawan mampu membuktikan diri menciptakan brand lokal berkualitas.
Tak sedikit seorang pengusaha terseok-seok membangun kembali bisnis yang jatuh bangkrut. Namun tak sedikit pula yang kembali menangguk kesuksesa n pasca gagal. Contohnya Deddy Satriawan pengusaha ritel pakaian anak-anak yang sukses menyandingkan brand lokal dengan brand ternama asal luar negeri dan menjadi raja di kelasnya. Siapa yang menyangka jika sebelumnya ia pernah mengalami kegagalan dan nyaris bangkrut. Dua kali mengalami pahit getirnya kegagalan membangun bisnis pakaian dewasa tak menyurutkan semangat Deddy untuk kembali bangkit.
Diawali dari usahanya membangun brand Traffic bersama sang sahabat Deddy optimis ia akan mencicipi keuntungan dari bisnis ritel pakaian dewasa. Saat itu memang tengah booming tren pakaian ala distro. Tak ayal Deddy tergiur untuk ikut ambil bagian dari fenomena distro. Berjalan cukup mulus di permulaan namun sontak Deddy dibuat kalang kabut ketika ia menerima laporan penjualan yang jauh dari harapannya. Keadaan yang kurang menguntungkan tersebut tak mampu ia tangani sehingga usahanya tersebut hanya mampu bertahan 1,5 tahun. “Saat itu faktor kegagalan terletak pada kurangnya pengetahuan saya tentang bisnis ritel pakaian. Maklum saat itu saya masih sebagai ‘anak baru’ di bidang ini,” ujar Deddy mengulang memorinya.
Kejadian tersebut tak lantas membuat ia menyerah untuk mencoba kembali peruntungannya. Berpegang teguh pada nasihat kerabat terdekatnya yang menyarankan ia tetap fokus pada bidang yang sudah ia rintis agar tak menyia-nyiakan perjuangan sebelumnya. Deddy kembali meluncurkan brand baru dengan nama You, Me and My Shirt. Kali ini strategi yang ia buat hanya menggeser segmen pasarnya saja. “Saya melakukan rebranding dan memproduksi kaos-kaos couple. Saat itu trennya sedang bagus jadi tak ada salahnya mencoba. Toh manajemen sebelumnya sudah ada tinggal dilanjutkan saja,” ujar Deddy optimis.
Tapi sayang seribu sayang kendati berjalan stabil Deddy justru terjebak pada kondisi dimana ia mencapai titik jenuh. Tak ada inovasi yang bisa ia kembangkan dari produksi kaos couple-nya. “Saya merasa brand ini berjalan di tempat takutnya ketika inovasi surut brand ini kembali jatuh,” kata Deddy digelayuti kegamangan.
Terbayang suramnya masa kegagalan sebelumnya Deddy kian keras mendorong dirinya sendiri mencari angin segar. Tak disangka inspirasi justru muncul saat ia kesulitan memenuhi kebutuhan sandang bagi putra pertamanya. “Saat itu saya kesulitan menemukan pakaian anak-anak dengan model yang saya inginkan. Sekalinya ketemu harganya selangit kantong saya bisa cenat cenut,” imbuhnya sambil bercanda.
Berangkat dari situ lah Deddy tertarik untuk mengembangkan satu brand lagi khusus untuk pangsa pasar anak-anak. Masih di bidang yang sama yakni fesyen hanya Deddy melirik segmen yang masih cukup terbatas pemainnya. Ia berpikir setidaknya persaingannya tidak terlalu ketat lagipula didukung dengan kondisi dirinya yang baru saja menjadi seorang ayah, ide-ide segar pasti bermunculan terinspirasi dari sang anak. “Kaos couple tidak langsung saya stop tapi tetap berjalan beriringan dengan brand baru ini,” tambah Deddy.
Untuk membangun brand baru ini bernama Just For Kids ia butuh kucuran dana lebih banyak. Pasalnya modal yang ia miliki tak mencukupi dari keuntungan usaha penjualan kaos couple. Terbesitlah rencana menjual mobil pribadi untuk menutupinya. “Hasil jual mobil saya mendapat tambahan modal sekitar Rp40 jutaan. Lumayan untuk memulai produksi pakaian anak-anak,” tutur Deddy gembira.
Pengorbanan mambuahkan hasil tak berapa lama Deddy mulai melihat progres yang baik dari brand barunya tersebut. Setahun pertama ia berhasil keluar dari kegelisahan dan trauma masa lalu yang menghantui. Masuk tahun kedua Deddy mulai bernafas lega lantaran ia sudah mulai lihai berada di industri fesyen anak-anak. Perlahan tapi pasti ia mulai melepas brand keduanya untuk dipetieskan lantaran memang sudah tidak lagi prospektif. Deddy memilih fokus di kelas ritel pakaian anak-anak.
Sekilas brand Just For Kids atau disingkat JFK tak ubahnya dengan pakaian anak-anak lainnya. namun menurut pengakuan Deddy perbedaan yang mencolok dari produknya dengan baju anak lainnya terletak dari model dan tulisan-tulisan kreatif yang disablon di atas baju anak. Lebih fashionable dan trendi dari kebanyakan baju anak. Deddy berkiblat pada tren fesyen Hollywood dimana anak-anak bisa berpakaian seperti orang dewasa. “Tanpa terkesan mendewasakan anak lewat pakaian, model baju anak-anak di JFK memang dibuat seperti pakaian orang tua mereka. Namun saya tetap menyelipkan unsur edukasi lewat slogan-slogan pada kaos,” terang Deddy.
Dalam sebulan Deddy mesti memproduksi sekitar 3000 hingga 7000 item untuk menyuplai stok barang untuk keempat outletnya di wilayah Jabodetabek. Rencananya Deddy akan membuka beberapa outlet lainnya di kota-kota besar di Indonesia. Ia juga tengah bersiap untuk memasuki pasar Asia. “Target kedepannya buka cabang di kota-kota besar di Indonesia, Bali dan Bandung diantaranya dan tembus pasar Asia dimulai dari singapura,” papar Deddy yang mampu mencetak omzet Rp400 juta per bulan.
Lima Trik Deddy Bangkit Pasca Bangkrut :
Fokus
Hal pertama yang sangat ia tekankan adalah tetap fokus pada bidang yang ditekuni. Kegagalan bukan berarti momen untuk banting stir secara ekstrim dan mendadak merintis lagi bidang usaha yang dirasa cocok. Meski menemui jalan buntu bagi Deddy tidak ada alasan bagi menyia-nyiakan apa yang sudah ia kerjakan. Tetap terus lakukan sambil mencari strategi baru.
Kreatif dan Inovatif
Salah satu strategi keluar dari keterpurukan adalah membuat terobosan baru yang mampu mendobrak kebuntuan. Deddy berusaha agar faktor yang satu ini tidak akan padam dan terus berkobar semangatnya.
Meniru orang sukses
Banyak orang sukses yang termotivasi dari kesuksesan orang lain. Ini yang dilakukan oleh Deddy untuk mendorong dirinya kembali bangkit pasca gagal. Setidaknya kisah sukses seseorang menginspirasi Deddy untuk meniru dan mengambil contoh positifnya.
Passion
Aktivitas apapun jika dilakukan dengan rasa senang maka hasilnya akan lebih baik ketimbang dilakukan secara terpaksa. Berlatarbelakang ilmu desain Deddy memang menyenangi dunia yang ia geluti. Karenanya sekalipun ia berada dititik nadir Deddy tetap merasa enjoy tanpa tertekan. Hal itulah yang membuat ia lebih mudah mencari jalan keluar dari masalah yang ia hadapi.
Bermimpi
Banyak orang takut memimpikan sesuatu yang diluar jangkauannya. Tapi tidak bagi Deddy, justru lewat mimpi besar ia terdorong meraih apa yang ia inginkan. Menata pola pikir untuk menjadi orang sukses akan membantu Deddy tetap tergerak tanpa menyerah menuju puncak kesuksesan.