Pola perdagangan gula dunia dipengaruhi oleh pola produksi dan konsumsi yang menyangkut berbagai aspek seperti karakteristik gula, kesediaan gula, pilihan konsumen, kebijaksanaan pemerintah dan teknologi pergulaan.

Gula kristal adalah bahan pemanis yang paling banyak dikonsumsi dunia karena paling memenuhi kegemaran manusia akan rasa manis. Kegunaannya sangat beragam terutama sebagai bumbu masak, bahan baku bagi dalam industri makanan, memberikan tampilan yang lebih menarik bagi makanan, pemanis minuman, pengawet pangan serta sebagai bahan fermentasi. Gula kristal memaniskan makanan dan minuman tanpa mempengaruhi rasa asli makanan maupun minuman, mudah dikemas dan diangkut, mudah disimpan serta tidak mudah membusuk atau menjadi basi.
Karakteristik gula telah mendudukkan gula kristal sebagai pemanis yang paling disukai sehingga mampu menggantikan peran segala jenis pemanis lain seperti madu, buah-buah manis dan nira seperti nira kelapa, nira aren, nila mapel dan lain-lain. Perkembangan teknologi telah telah mampu menciptakan pengganti gula yang dibuat dari bahan baku selain tebu atau beet seperti gula jagung (high fructose corn syrup), saccharin dan aspartame. Namun gula tebu maupun gula beet masih menjadi jenis gula yang paling banyak dikonsumsi dunia.
Pembuatan gula tebu merupakan salah satu industri yang paling tua di dunia dan satu-satunya jenis industri yang paling banyak pengaruhnya terhadap aspek sosial ekonomi di banyak negara penghasil gula. Dari sisi sejarahnya yang panjang, industri gula telah menjadi bagian dari kebudayaan sehingga pada satu sisi telah menimbulkan ketergantungan masyarakat setempat pada industri gula yang ada. Dari sisi ekonomi tidak banyak pilihan bagi mereka yang bergantung pada tebu untuk memperoleh lapangan pekerjaan lain dan penghasilan yang setara. Akibatnya, sudah menjadi tradisi pemerintah untuk melestarikan industri gulanya dengan cara menerapkan kebijaksanaan perdagangan yang protektif.