
Kendati harganya mahal, jins-jins impor bermerek tetap saja diburu. Seperti halnya barang mewah lainnya, jins impor juga butuh tempat perbaikan alias permak khusus. Sayangnya, yang spesialis impor masih jarang, sehingga peluangnya masih sangat besar untuk dikembangkan
Untuk berpenampilan kasual, hampir semua orang memiliki celana atau baju berbahan jins alias denim. Maka tak heran, berbagai pilihan jins sesuai kemampuan kantong kian mudah didapatkan. Namun jins-jins impor, masih menjadi primadona sebagian kalangan. Selain lebih branded, sangat bagus dari sisi kualitas bahan, jahitan dan sebagainya. Kekhususan yang terpancar darinya menunjukkan tingkat gaya hidup mewah pemiliknya.
Kini, merek-merek jins impor membanjiri tanah air. Sayangnya, ibarat vendor handphone asing yang tak punya service center di Indonesia, jins-jins impor itu tak punya tempat resmi untuk permak. Sebab beberapa tipe ukuran standar yang diproduksi masal oleh produsen jins impor itu, tak selamanya pas di badan pembelinya. Tak heran, kemewahan yang terkandung dalam jins-jins itu, harus tunduk ketika harus dipermak di tempat biasa – bukan di tempat yang spesial untuknya.
Sebab kualitas dan knowledge tempat-tempat tersebut belum sampai pada jins-jins impor. “Tukang permak jins di pinggir jalan sangat banyak, tetapi mereka gak bakal ngerti yang dikerjainnya itu adalah celana juta-an,” tukas Mumammad David Octavian, Owner Jakarta Jeans House. Jahitan asli, tak bisa ditiru di tempat-tempat itu sebab tak didukung pengetahuan dan mesin-mesin yang memadai.
Menurutnya, produsen jins impor di Indonesia tak pernah memikirkan soal itu. Begitu pula dengan para distributornya. Padahal, pembeli jins-jins impor membutuhkan tempat permak yang khusus agar nyaman dengan hasilnya. “Kebutuhan ini adalah peluang,” imbuh David, begitu sapaan Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini. Dengan modal Rp 30 juta, satu orang penjahit dan masing-masing satu mesin obras beserta mesin jahit, ia mendirikan Jakarta Jeans House. Usaha yang berdiri di sepetak ruangan kecil di bilangan jalan Cipete Raya, tahun 2009 silam itu melayani permak dan pembuatan jins berbahan impor (custom).
Semula, ia berusaha untuk mengerti apa yang dibutuhkan para pemilik jins impor. Untuk itu, ia banyak belajar untuk mendapatkan pengetahuan tentang jins impor, mulai dari jenis bahan, cara menjahit, harga dan sebagainya. Sehingga para konsumennya nyaman mempermak jins impornya di usaha miliknya itu. “Ketika kami mengerti tentang mereka, mengerti tentang karakteristik jins impor, timbul rasa percaya diri mereka untuk menaruh jinsnya di tempat saya,” tuturnya.
Dalam waktu yang tak lama, ia melanjutkan, Jakarta Jeans House menjadi tempat permak resmi beberapa brand jins terkenal dari luar negeri. “Tidak hanya brand-brand itu, ternyata beberapa distributor ritel yang memegang beberapa brand-brand impor di Indonesia membutuhkan kita sebagai perusahaan outsourcing permaknya untuk menghindari komplain para pembelinya,” imbuhnya bangga.
Selain permak, lanjut David, usahanya juga melayani pembuatan (custom). Seperti bisnis intinya adalah jins impor, untuk pembuatan ia juga menyediakan bahan-bahan yang diimpornya sendiri dari luar negeri, yang merupakan bahan-bahan asli untuk beberapa merek terkenal. Sebut saja, Nudie, Ksubi, TR, DRdenim, Evisu, Imperial, Samurai, dan sebagainya. Namun, yang berbeda, bahan-bahan baku merek jins terkenal itu, ketika dijahitnya menjadi tanpa merek.
Dirinya ingin memberikan solusi yang ingin memiliki jins impor tetapi low budget “Misalnya merek Nudie, harganya Rp 2,5 juta, tetapi dengan bahan yang sama ketika dibuat di tempat saya harganya hanya Rp 500 ribu-an saja. Begitu juga dengan jins lainnya yang harganya hingga Rp 6 juta,” urainya. Menurutnya, perbedaan harga dengan yang bermerek, menjahit di Jakarta Jeans House bisa menghemat hingga 150 persen.
David mengklaim, dirinya sebagai pelopor tempat permak jins impor berikut pembuatannya di Indonesia, bahkan Asia. Tak heran, beberapa negara di Asia, bahkan Australia meminta dirinya sebagai konsultan mereka. Di Indonesia sendiri, usahanya dipercayakan salah satu distributor produk jins impor sebagai tempat permak outsourcing. Tak heran, pendapatannya pun terajut indah.
Dalam sehari, jasa permak bisa mengerjakan 50 hingga 60 celana dan pembuatan sebanyak 7 celana. Untuk permak, biaya yang ia tetapkan mulai dari harga Rp 17 ribu hingga Rp 120 ribu, tergantung tingkat kesulitannya. Sedangkan untuk pembuatan, mulai dari Rp 538 ribu hingga Rp 668 ribu. Dari itu, ia berhasil meraup omset sebesar Rp 70 juta setiap bulan. “Total biayanya sekitar 50 persen dari omset,” ujarnya. Laba bersih pun ditorehnya sebesar Rp 35 juta saban bulan. Dalam waktu yang tak lama, usahanya pun bertumbuh pesat. Kini ia mempekerjakan 7 orang karyawan. Peralatan mesin juga diperbanyak, sehingga mudah mendapatkan hasil berkualitas impor.
Menurut David, peluang usaha ini sangatlah besar di Indonesia. Selain karena hampir semua orang memakai jins, pangsa pasar jasa pembuatan dan permak sangat terbuka lebar. “Kalau saya menjual jins bermerek, belum tentu Anda beli, tetapi apapun mereknya, siapa pun yang pakai, di mana pun belinya, kalau sudah percaya tempatnya memang ahli jins impor dia pasti datang ke sini,” katanya. Kini pasarnya sudah meluas, mulai dari pejabat hingga selebriti.