Rumah berantakan, baju kotor dan bau ASI, suara tangisan bayi mungil yang bergantung pada Anda sepanjang hari… selamat datang kehidupan pascapersalinan!
Selama kehamilan, umumnya orang tua terhanyut pada eforia menyiapkan kelahiran calon bayi. Terkadang tanpa disadari semua persiapan yang dilakukan berpusat pada bayi. Padahal, persiapan untuk kehidupan si ibu setelah melahirkan tak kalah penting.

Kurangnya persiapan untuk ibu pascapersalinan kerap memunculkan berbagai problem seperti stres, perubahan suasana hati yang signifikan, sindrom baby blues, hingga depresi. Padahal ini semua dihindari.
“Kebanyakan pasangan sulit memikirkan urusan di luar persalinan, tetapi sebenarnya banyak yang bisa mereka rencanakan demi pengalaman pascapersalinan yang positif,” kata Elly Taylor, penulis buku Becoming Us: 8 Steps To Grow A Family That Thrives.
“Saya menyebutnya membangun sarang: rencana untuk mengambil cuti sebanyak mungkin, mengumpulkan sistem pendukung, dan membuat pasangan lebih terlibat secara aktif,” urainya.
Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk membangun sarang yang nyaman untuk kehidupan pascapersalinan bagi bayi dan ibunya?
Siapa yang membantu persalinan
Anda bisa memulai dengan mencatat nomor-nomor penting yang bisa dihubungi menjelang persalinan, bisa meliputi nomor telepon rumah sakit, taksi, dokter kandungan, atau bidan kepercayaan Anda. Seorang ibu memiliki kebebasan untuk menentukan di mana ia akan melahirkan dan siapa saja orang yang boleh membantu persalinannya. Persalinan dalam kondisi darurat yang tidak direncanakan bisa jadi memicu trauma ibu.
Prioritaskan Kebutuhan Ibu
Seorang ibu bisa merawat bayinya dengan baik jika ia merasa aman, bahagia, dan didukung. Ini berarti kenyamanan ibu adalah segalanya. Memang tidak bisa dipungkiri, waktu tidur ibu pasti banyak berkurang karena mengikuti pola tidur bayi yang belum teratur. Namun pastikan ibu tidak kelelahan dan mendapatkan asupan makanan yang cukup dan bernutrisi baik. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas ASI-nya. Selain itu, makanan yang enak akan menimbulkan perasaan bahagia yang berpengaruh dalam kelancaran produksi ASI.
Di Mana akan Tinggal
Pastikan ibu tinggal di tempat yang dikehendaki setelah melahirkan. Di rumah sendiri, mengontrak, di rumah orang tua, atau di rumah mertua? Kecenderungan seseorang yang baru melahirkan untuk tinggal di rumah orang tuanya biasanya muncul karena ia butuh suasana yang akrab, hangat, dan tidak canggung. Ada baiknya tidak melakukan perdebatan panjang mengenai hal ini. Dalam memutuskan, baiknya mempertimbangkan kenyamanan ibu.
Siapkan Sistem Pendukung
Ketidakmampuan mengungkapkan perasaan, meminta bantuan, dan kecanggungan terhadap lingkungan bisa memicu munculnya stres pada ibu yang baru melahirkan. Inilah pentingnya mempersiapkan sistem pendukung untuk kehidupan pascapersalinan. Ada pepatah yang mengatakan “it takes a village to raise one kid” atau butuh orang sekampung untuk membesarkan seorang anak. Maka jangan ragu mempersiapkan bala bantuan untuk membantu ibu menjalani kehidupan setelah melahirkan. Rencanakan pula berapa lama cuti yang bisa diambil suami. Mulailah menentukan apakah akan menggunakan jasa babysitter, asisten rumah tangga, atau adakah bantuan dari keluarga dan orang-orang terdekat yang bisa dipercaya. Ada baiknya hal ini dikompromikan dan disepakati sejak awal.
Buatlah Batasan
Ketika keluarga dan teman-teman terlalu gembira menyambut kelahiran si bayi, terkadang mereka lupa dengan kondisi ibunya. Setelah melahirkan, beberapa orang senang mendapat kunjungan, sebagian lagi ingin punya waktu yang tenang untuk melepas lelah. Jadi, tetapkan batasan sejak awal. Minta bantuan suami dan keluarga untuk mengatur jadwal kunjungan dan batasan waktu untuk tamu yang ingin melihat bayi Anda. Seperti apa batasannya, tergantung pada kenyamanan ibu.
Turunkan ekspektasi
Terkadang ketika situasi tidak berjalan seperti yang diharapkan, Anda harus menurunkan ekspektasi. Kedengarannya pesimistis, tetapi menurunkan ekspektasi bisa membuat hidup Anda lebih bahagia dan santai. Jangan berharap hidup Anda akan sesempurna seperti sebelum melahirkan, saat Anda bisa tidur 8 jam sehari dan pergi ke mal kapan pun Anda inginkan. Nikmati saja ketika waktu paling tenang yang Anda miliki hanyalah di kamar mandi tanpa mendengar tangisan bayi. Kelak ketika masa “sulit” ini telah berlalu, Anda akan merindukan banyak kenangan di sana.